Kamis, 03 Juni 2010

Ujung Genteng : Ombak 7, Pulau Keris, Citireum

Perjalanan jauh Jakarta - Ujung Genteng yang memakan waktu 10 jam lebih termasuk istirahat makan dan mampir ke pantai Loji cukup membuat kami lelah. Kami semua terlelap dan tidur nyenyak di atas kasur dan karpet sesuai tempat tidur yang kami pilih. Hari esok menjelang sudah tidak sabar kami nanti, kami biarkan tubuh kami untuk pulih kembali dengan membiarkan badan tidur se-nyenyak-nyenyak-nya.


Kami berombongan memang suka sekali tantangan, sekali kami punya keinginan bagaimanapun caranya harus terlaksana. Termasuk rencana hari itu untuk melihat pantai ombak 7 yang katanya pantas dilihat. Ada 2 cara untuk melihatnya yaitu dengan menaiki ojeg dan melalui samudera dengan perahu nelayan. Kami pilih cara kedua. Kami mencari tahu ke sana sini cara untuk mendapatkan sewaan perahu nelayan. Ada saran bahwa kemungkinan untuk berlayar bisa ditentukan esok harinya tergantung cuacanya.


Sejak semalam memang kami telah mencari perbandingan perahu, awalnya untuk berdelapan disarankan menyewa 2 perahu. Namun kami akhirnya di pagi hari dapat memastikan menggunakan satu perahu dengan sewa yang cukup pantas.



Pagi hari menjelang tunggu waktu dan disiapkan bekal makan siang, kami bermain ke pantai ujung genteng yang berdekatan dengan penginapan. Sungguh indah pemandangan samudera lepas (ujung genteng diselatan pulau jawa berbatasan langsung dengan samudera hindia/indonesia) dengan ombak menggelora, kedalaman yang tak bertepi dan tantangan yang menaikkan andrenalin.


Tepat pukul 10.00 pagi kami mulai berlayar dengan perahu nelayan. Berdelapan ditambah 2 nelayan memang muatan yang pas untuk perahu nelayan dengan tenaga mesin diesel berbahan bakar solar. Kami diwanti-wanti untuk kembali menuju pangkalan perahu paling lambat pukul 14.00 sehubungan makin sore akan ada pasang naik yang ombaknya tinggi dan berbahaya.



Tujuan pertama adalah ombak 7 yang penantiannya sudah sejak 6 bulan lalu. Menurut cerita nelayan pada saat ada pasang naik dan gelombang bergelora, di pantai ombak 7 akan secara berkejaran 7 ombak besar dan bergulung-gulung sebelum memecah ke pantai. Memang di daerah tersebut bertebaran karang di ujung tanjung (daratan yang menjorok ke laut). Waktu kedatangan kami memang tidak tepat, kami berada di sana sekitar pukul 11.30 pada saat belum pasang naik dan udara cerah. Adanya ombak 7 memang tidak terlihat, namun...ternyata kami melihat ombak 2 atau 3 pun..sudah sungguh-sungguh mengagumkan. Gulungan ombak tinggi yang menakutkan, membuai dan cukup tinggi saling berkejaran dan akhirnya memecah ke pantai. Kami memandang dari jarak yang dekat dan aman meski terlihat cukup jauh, tetapi kami melihat suasana, deburan ombak dan irama ombak 7 dengan sangat terasa. Memang harus melihat sendiri untuk merasakannya. Akan sulit dicari tandingannya di tempat lain atas pemandangan ombak 7 yang bergulung-gulung. Anda musti menyaksikannya sendiri...saya sudah dan Anda bagaimana ?



Satu pesan dari kami pertimbangkan keselamatan menuju ke sana. Kami sarankan menggunakan jalan darat, sehubungan jalan samudera sangat riskan akan bahaya. Untuk tantangan mengarungi samudera ini akan terurai di akhir tulisan ini.


Pulau keris adalah nama tempat, berupa pantai yang disekitarnya dikelilingi bebatuan karang. Kita bisa mendarat namun perahu nelayan hanya memberikan waktu 1 menit untuk mendarat, itupun mendarat perorangan dengan penuh keberanian di batu karang. Sangat menantang bahaya, kamipun tidak ada yang mengambil inisiatif untuk mendarat, cukuplah melihat dari jarak 50 meteren.


Akhirnya untuk waktu istirahat dan bermain air kami mendarat di pantai yang dinamakan citireum. Pantai indah, sepi dan berada pada teluk diantara karang disekelilingnya. Sungguh berani nelayan yang mengantarkan kami, dengan ketenangan mereka berdua berhasil mendaratkan perahu nelayan tersebut ke pantai.



Namun ternyata pada saat mendarat, ooo mak jangg.. perahu sudah berhenti dan berada di pinggir pantai...gelombang yang memecah pantai masih juga nakal mendorong perahu makin ke dalam. Rekan anggota rombongan kami berusaha menyelamatkan diri dari kemungkinan terdorong perahu dan tergilas. Kami semua memang selamat namun satu rekan kami kehilangan cincin emas dan kacamata hitam. Satu rekan lain kamera sakunya terendam air. Kami semua berusaha mencari cincin dan kacamata tersebut bahkan dibantu nelayan namun sampai waktu erjalanan pulang tak diketemukan juga.


Selama di citireum kami bermain cukup bergembira. Kami berfoto ria dengan segala posisi gaya, berendam di air, bermain air, di atas pasir, di atas jejakan kaki pasir, dalam posisi berlari, diantara batu karang, pokoknya kalau tidak ingat waktu bisa-bisa kami lupa pulang. Kami bermain air, berendam, makan siang, menyusuri pantai, menyusuri batu karang dan bahkan berlari-lari di atas pasir pantai. Pokoknya kami bergembira penuh sampai-sampai beberapa dari kami lupa memakai sunblock (tabir surya) sehingga kulit muka kami banyak yang terbakar.



Perjalanan pulang adalah perjalanan yang paling berkesan, bahkan paling membekas selama kami ke ujung genteng. Kami baru menyadari tantangan dan bahaya perjalanan ini pada saat kami pulang menuju ke bagan/pelabuhan perahu nelayan. Ombak yang kami hadapi adalah ombak samudera yang di dunia hanya ada 7 dan bukan ombak laut. Batas antara darat, laut dangkal dan kedalaman samudera sangat dekat dengan pantai. Bahkan kami diberitahu, di ujung genteng ini pantai landai beberapa meter saja langsung curam sedalam samudera yang kedalamannyapun susah dikira. Bahkan jika sudah ada ombak, tubuh bisa ketarik ke samudera dan tak bisa ditahan lagi, jadi kehati-hatian harus menjadi pertimbangan utama. Bisa Anda bayangkan, ombak di samudera seberapa besar. Meski tinggi ombak hanya 1 - 3 meter rasanya sungguh besar karena kedalaman samuderanya sungguh tak terkira.



Pada saat kami berangkat pukul 10.00, istilah nelayan turun atau mengikuti arah mata angin. Sebaliknya pada saat kami pulang sekitar pukul 14.00 kami naik atau melawan mata angin. Tentu saja perahu terombang ambing seperti naik kora-kora atau halilintar di dunia fantasi. Kami terayun ayun dalam perahu nelayan yang hanya berkapasitas 10 orang. Malahan, kami bukannya takut tetapi malah bergembira dan tertawa berani menantang ombak samudera. Kami melihat tidak ada perahu nelayan lain, ada satu perahu nelayan yang dinaiki wisatawan jepang namun hanya berjarak dekat pelabuhan nelayan. Kami satu-satunya perahu nelayan yang menantang ombak samudera pada sore itu. Perahu kami terayun-ayun ombak samudera, apalagi kami tidak ada yang menggunakan pelampung. Segala kemungkinan bisa terjadi, satu diantara kami ternyata selalu memanjatkan doa untuk keselamatan kami. Bagaimanapun juga tantangan dan bahaya perjalanan naik perahu kami, kami menghadapinya dengan bergembira dibantu doa. Kami bisa merasakan di satu sisi tantangan, di satu sisi bahaya, di satu sisi keberanian untuk menghadapi dan tentunya kepasrahan dengan doa. Akhirnya dengan segala paduan perasaan itu kami sampai ke pelabuhan nelayan dengan selamat.


Terima kasih untuk semua penyertaan Tuhan, pantai keris, ombak 7 dan citireum memberikan kami suatu perjalanan historis atas keberanian, tantangan dan doa.


Salam Tour Lokasi



Situ Gunung : Danau, Curug, Area Camping dan Ojek Ekstrim
Ujung Genteng : Perjalanan panjang ke pantai samudera
Ujung Genteng : We Shall Return
Ujung Genteng : Ombak 7, Pulau Keris, Citireum
Ujung Genteng : Pelepasan Tukik dan Penyu Bertelur
Sukabumi : Bergelimang Curug (Air Terjun)





7 komentar:

  1. wow...
    tempat pariwisata yang menarik...

    Myblok [ lihat ]

    BalasHapus
  2. wow...
    tempat pariwisata yang menarik...

    BalasHapus
  3. Begitu besarnya kekuasaan ALLAH.
    terima kasih postingannya

    Ageng Alfian

    Blog <saya >

    BalasHapus
  4. thanks atas commentnya, datang langsung Anda bisa merasakan indahnya alam ini

    BalasHapus
  5. All Netter Thanks atas commennya, selamat menikmati nonton bareng ya

    BalasHapus
  6. Temen saya bilang, "ditinggal pacar gua nggak nangis, ditinggal suami gua nggak sedih, tapi waktu tahu Jerman kalah, gua sakiiit banget." Sampe segitunya ya cintanya sama tim panser. ck...ck...ck... btw, apa kabar nih PSSI?

    BalasHapus
  7. Nurdin dan Gayus,.....ehm,..nama yang mungkin akan menjadi tend untuk bayi2 yang lahir di 2011,..indah dan penuh arti...semoga yang bayinya bernama nurdin dan gayus bisa kaya dan menjadi pemimpin abadi hehehehe...

    BalasHapus