Jumat, 01 Juli 2011

Kereta Api KRL Jabodetabek "Single Operation dan Tarif"

Uji coba pola operasi "Single operation & tarif" pernah diadakan tanggal 18 Juni 2011 dengan hasil dianggap baik. PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) kembali mengadakan uji coba terakhir tanggal 30 Juni 2011 dan 1 Juli 2011 sebelum efektif dilaksanakan mulai tanggal 2 Juli 2011. Tujuannya yaitu memastikan pola operasi ini berjalan sesuai yg diharapkan baik dari sisi operasionalnya dan pelayanan kepada penumpang. Selama uji coba KRL Ekspress dan Ekonomi AC ditiadakan.


Mengapa Single Operation & Tarif


Pola Operasi "Single Operation" dimaksudkan bahwa perjalanan KRL pada lintas/relasi yang sama semua KRL mempunyai waktu tempuh yang sama karena tidak ada prioritas seperti halnya sebelumnya semacam KA Ekspress dan KA Ekonomi/KA Ekonomi AC sehingga justru seringkali menghambat alias menambah waktu tempuh. Dengan demikian semua KRL berhenti sama pada semua setasuin dan tidak ada penyusulan antar KRL. Pola ini mirip dengan Bus Trans Jakarta yang tidak ada overlapping (penyusulan) antara bus / rangkaian gerbong.


Selain itu dengan berhentinya KRL di setiap stasiun terjadi pendistribusian penumpang secara merata untuk tiap rangkaian gerbong keberangkatan. Tentunya PT KAI dan PT KCJ perlu mengadakan riset perihal kepadatan frekuensi antara waktu keberangkatan/kepulangan karyawan dari tempat kerja serta di waktu-waktu lainnya. Sehingga diperkirakan pendistribusian ke rangkaian gerbong juga dipertimbangkan kepadatan penumpang dibandingkan waktu keberangkatan.


Sesuai tingkat pelayanannya akan terdapat 2 tipe penumpang yaitu KRL Ekonomi Non AC (penugasan pemerintah) dan KRL AC (Non Penugasan) yang disebut Commuter Line. Persentase AC dan Non AC perlu dipertimbangkan dengan bijaksana berdasarkan riset yang mendalam dan mendekati kenyataan.


Hasil Uji Coba


Berdasarkan hasil evaluasi tanggal 30 juni 2011, kereta terlambat antara 1 menit sampai 10 menit. Saya sendiri ikut langsung dalam uji coba tersebut sebagai penumpang meskipun selama ini sangat jarang naik kereta api. Secara umum waktu tempuh memang relatif lebih cepat diluar dugaan saya. Dari Bogor ke Juanda yang perkiraan saya 1,5 sd 2 jam ditempuh dalam waktu 1,25 jam. lebih cepat 1/4 di banding perkiraan saya semula.


Namun demikian meski saya coba commuter line dan berangkat cukup siang yaitu 7.55 WIB dari Bogor tetapi ternyata 8 gerbong yang diberangkat sangat padat, bahkan sangat berdesakan. Saya mengira ini seperti kereta ekonomi yang ber AC/plus kipas angin. Saya usulkan untuk waktu selanjutnya dipertimbangkan pada saat jam keberangkatan ke kantor yaitu pukul 05.00 sd 08. 30, dan jam kepulangan kantor pukul 16.00 sd 20.00 frekuensi keberangkatan ditingkatkan 2 kalinya.


Cara lain bisa dilakukan dengan penambahan gerbong 1,5 kali (semula 8 gerbong menjadi 12 gerbong jika memungkinkan) tetapi frekuensi keberangkatan sebesar 1.35 kali sehingga mengurangi kepadatan penumpang. Bukankah kenyamananangkutan massal ke kantor akan meningkatkan produktifitas, karena penumpang yang sebagian besar karyawan menjadi nyaman. Secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan ekonomi nasional karena sebagian ebsar uang yang berputar di Indonesia masih di Jakarta. Notabene karyawan yang naik angkutan massal ini mempengaruhi roda perputaran pertumbuhan ekonomi tersebut secara langsung atau tidak langsung.


Dengan demikian salah satu unsur penting yang harus dipertimbangkan secara serius adalah pelayanan yang nyaman angkutan massal termasuk commuter line yang saat ini diperkirakan mengangkut 400 ribu penumpang per hari dan 2019 diperkirakan mengangkut 1,2 juta penumpang per hari. Dengan demikian secara kasar dapat dihitung jika tiap keberangkatan rangkaian gerbong adalah 8 dan isis tiap gerbong adalah 100 maka diperkirakan ada 500 pemberangkatan. Perihal kepadatan penumpang tiap gerbong perlu diperhatikan secara cermat oleh pihak KAI dan KCJ agar penumpang naik dengan nyaman.


Jadwal


Jadwal dapat dilihat dan diklik di link berikut di bawah ini :



Bogor - Jakarta : Image1 Image2 PDF

Jakarta - Bogor : Image1 Image2 PDF


Bekasi - Jakarta : Image PDF


Jakarta - Bekasi : Image PDF


Serpong - J akarta : Image PDF


Jakarta - Serpong : Image PDF


Jakarta - Tangerang / Tangerang - Jakarta : Image PDF



Jadwal Blue Line (Lingkar) : PDF





Rute Perjalanan KA Commuter


Tiket Kereta Api


Harga tiket kereta api untuk ekonomi berkisar Rp. 1.000 sd Rp. 2000 sedangkan commuter line berkisar Rp. 5.500 sd Rp. 7.000. Baik Bogor / Depok - Jakarta Kota / Tanah Abang, Serpong - Tanah Abang / Jakarta Kota, Tangerang - manggarai / Jakarta Kota, danCiliwung Blue Line.



Usulan Perbaikan untuk KRL (Ekonomi dan Commuter Line)


Berdasarkan kajian sekilas dan ikut serta dalam uji coba tersebut dengan segal kerendahan hati beberapa usulan untuk pihak KAI dan KCJ dalam memperbaiki pelayanan kereta Ekonomi dan Commuter Line karena berperan dalam pembangunan bangsa secara tidak langsung adalah sebagai berikut :




  1. Kepadatan penumpang per gerbong : sungguh dambaan paling dalam para penumpang adalah secara manusiawi penumpang dipandang sebagai manusia. Dengan demikian faktor kepadatan penumpang per gerbong harus menjadi prioritas pertama KAI / KCJ diperhitungkan ketersediaan gerbong, kepadatan keberangkatan/kepulangan kerja penumpang dan sistem operasional "Single Operation" ini.

  2. Kenyamanan gerbong (terutama kebersihan, lampu, AC dan keapikan) : Kenyamanan gerbong sangat didambakan penumpang, menyangkut kebersihan di tiap gerbong, tetap nyalanya lampu di tiap gerbong terutama pada malam hari, AC yang berfungsi dan tidak bocor terutama untuk KA AC, dan keapikan penataan gerbong. Seharusnya gerbong tidak harus mahal tetapi dengan keapikan yang sederhana dari tiap gerbong membuat penumpang nyaman. Bahkan jika KAI / KCJ kreatif dengan biaya murah dapat juga dibuat gerbong lebih kereen dengan bekerja sama dengan pihak komunitas pencinta KA, komunitas seni, mahasiswa ataua bahkan siswa sekolah untuk mempercantik interior gerbong.

  3. Kenyamanan Stasiun (WC, tempat sampah, kebersihan dan keapikan) : Pasukan kebersihan di WC, banyaknya tempat sampah dan pembersihannya secara berkala, dan penataan stasiun yang sederhana namun apik bahkan akan membuat daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata sederhana untuk mengunjungi stasiun2 KA karena ditata dengan apik. Perihal hal ini secara kreatif KAI / KCJ bisa kerja sama seperti butir 2 tersebut di atas bahkan kerja sama dengan sponsor. Banyak sumber daya manusia Indonesia yagn dengan biaya murah dan sederhana untuk mempercantik stasiun-stasiun KA.

  4. Ketepatan Waktu (toleransi sampai 10 menit) : Berdasarkan hasil coba tanggal 30 Juni 2011, ada selisih keterlambatan maksimal 10 menit. Semoga 10 menit ini menjadi patokan di masa depan tentang ketepatan waktu KA berangkat dan tiba di masing-masing stasiun. Sehubungan tidak ada overlapping / penyusulan tentunya ketepatan waktu ini dapat secara berkala makin ditingkatkan kalau perlu mendekati di bawah 1 menit. Alangkah berbahagia dan bangganya bangsa Indonesia apabila tercatat di media internasional ketepatan waktu berangkat dan tiba KRL di jabodetabek kurang dari 1 menit.

  5. Informasi Waktu, Tarif, Kondisi Perjalanan dan Pembatalan (call center dan social media) : Masyarakat sekarang makin kritis namun demikian saya percaya makin menghargai hal-hal positif. Sebenarnya salah satu keberanian yang patut diacungi jempol apabila KAI / KCJ mengikuti trend yang ada saat ini. Secara terbuka Humas memberikan informasi waktu, tarif, kondisi perjalanan KA tiap waktu dan pembatalan jadwal melalui call center (telpon / sms /email / twitter / facebook /website / mobile website ) sehingga bisa saling berinteraksi antara pihak KAI / KCJ, komunitas penumpang atau penumpang secara pribadi untuk saling mendukung untuk kebaikan dan perkembangan transportasi massal ini di masa kini dan nanti.

  6. Frekuensi Keberangkatan dan Jumlah Gerbong : Secara garis besar waktu keberangkatan dan kepulangan ke kantor merupakan waktu-waktu paling padat yaitu 05.00 sd 08.30 di pagi hari dan 16.00 sd 20.00 di malam hari kapasitas angkutan setidaknya 2 kali dari saat ini. Bisa frekuensi dinaikkan 2 kali lipat dengan penamhan gerbong atau pengaturan yang lebih ketat. Atau pilihan kedua jumlah gerbong naik 1,5 kali (dari 8 gerbong menjadi 12 gerbong, jika memungkinkan) dan frekuensi dinaikkan menjadi 1,35 kalinya. Secara sama keduanya dapat mengangkut jumalh penumpang yang sama yaitu sekitar 2 kalinya. Hal ini dimaksudkan agar pada jam-jam sibuk kepadatan tiap gerbong bisa lebih longgar, karena KRL dimaksudkan untuk mengangkut manusaia dan bukan mengangkut barang / ikan yang bisa ditumpuk seenaknya. Karyawan ingin pergi kantor tepat waktu dan pulang ke rumah menemui keluarga tepat waktu, kesamaan waktu pergi dan pulang menyebabkan kepadatan itu terjadi. Sebaiknya inisiatif berasal dari pemerintah dan pihak KAI / KCJ, karena pelayanan yang lebih baik tersebut akan secara tidak langsung memberikan nilai positif yang banyak dalam mensejahterakan bangsa Indonesia. Perputaran uang sebagian ebsar di Jakarta, produktifitas akan tinggi jika karyawannya secara nyaman pergi dan pulang ke/dari pekerjaan sehingga produktifitas dengan sendirinya akan naik secara signifikan.

  7. Kereta Malam / Pagi : Ternyata saat ini banyak kantor dan perusahaan bekerja giat dan keras untuk tetap bertahan dan makin maju. Karyawannya secara isnistiatif sendiri atau berdasarkan kebutuhan perlu sampai lembur. Dengan tersedianya di masa yang dekat ini angkutan massal KRL sampai misalnya jam 2.00 pagi tentu akan membantu secara tidak alngsung perputaran roda perekonomian nasional. Tentunya frekuensi dan jumalh gerbong rangkaian tidak terlalu banyak dibandingkan di pagi hari.

  8. Temu KAI/ KCJ dan Komunitas KRL : Komunikasi adalah dua arah, satu berbicara yagn satu mendengar, sebalinya pihak yang satu berbicara dan yang satu mendengar. Komunikasi antara pihak KAI / KCJ dan penggunanya dalam hal ini bisa diwakili komunitas KRL merupakan wadah yang baik untuk saling memberikan masukan dan informasi yang penting. Dengan demikian sinergi ini akan meningkatkan pelayanan dan pertumbuhan kecintaan pada pemakaian KRL.

  9. Event Kereta Api : Acara ini seperti ungkapan terima kasih KAI / KCJ pada penumpang dan karyawan KAI / KCJ serta bisa sebagai branding KAI / KCJ dalam hal memberikan kecintaan yang makin dalam pada KRL. Event dapat dalam banyak bentuk seperti pesta musik terbuka, jalan kaki, bersepeda, olah raga bersama, pameran dan lain sebagainya.

  10. Kesejahteraan dan Perhatian Pegawai Kereta Api : Ini merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Kemajuan KRL ditentukan selain penumpang adalah karyawan yang berperan serta. Perhatian pihak pemerintah, komunitas KRL dan terutama manajemen KAI / KCJ terhadap karyawan Kereta Api tentunya akan meningkatkan etos kerja dan semangat kerja untuk berbakti dengan usaha terbaik.


Semoga tulisan sederhana ini berguna, masukan dan tanggapannya saya ucapkan terima kasih. Harapannya semoga naik KRL makin nyaman dan KAI / KCJ makin meningkatkan pelayanan untuk memberikan sumbangan bagi bangsa dan negara Indonesia yang makin berarti. Hidup KAI !!!


Sumber : www.krl.co.id